PENDAHULUAN
Ahli Kitab secara etimologi berasal dari dua suku kata yaitu
kata Ahli yang merupakan serapan dari bahasa Arab dan kitab.
Kata ahl adalah bentuk kata benda (isim) dari kata kerja
(Fi’il) yaitu kata ahila-ya’halu-ahlan. Al-Ahl yang bermakna juga
famili, keluarga, kerabat. Adapun
kata Kitab atau Al-Kitab maka sudah masyhur di Indonesia
yaitu bermakna buku, dalam makna yang lebih khusus yaitu kitab suci. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa ahlul kitab adalah ahli
yaitu orang-orang yang berpegang kepada kitab suci selain al-Qur’an.
Sedangkan Ahli Kitab menurut terminology adalah “Pemilik Kitab
Suci”, yakni para umat nabi yang diturunkan kepada mereka kitab suci (wahyu
Allah)”. Di antara mereka adalah Kaum Yahudi dan Nasrani. Dinamakan ahlu
kitab karena telah diberikan kepada mereka kitab suci oleh Allah ta’ala.
Dari pengertian secara etimologi maupun terminology dapat dipahami
bahwa ahli kitab atau ahlu kitab adalah kaum Yahudi dan
Nasrani. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Imam al Baidhawi ketika
menafsirkan Surat Al-Maidah : 5, beliau mengatakan bahwa ahli kitab mencakup
orang-orang yang diberikan kepada mereka al Kitab yaitu orang-orang Yahudi dan
Nasrani.
Sebab Yahudi dan Nasrani disebut sebagai Ahli Kitab karena Allah
mengutus di tengah-tengah mereka nabi-nabi mereka yang membawa kitab suci
masing-masing walaupun mereka sendiri kemudian yang merubah isinya. Allah
menurunkan Kitab Taurat kepada Nabi Musa 'Alaihi As-Salamdan pengikut
beliau yang merubah isi Taurat setelahnya dikenal sebagai Yahudi. Kemudian
Allah menurunkan Kitab Injil kepada Nabi Isa 'Alaihi As-Salam dan
pengikut beliau yang merubah isi Injil disebut Nasrani. Mereka disebut
Ahli Kitab karena kitab-kitab suci mereka sebelum mereka rubah isinya adalah
turun dari Allah seperti Al-Qur'an.
Maka agama-agama selain Yahudi dan Nasrani seperti Hindu, Buddha,
Majusi/Zoroastrianisme, Kong Hu Chu, Taoisme dan Shinto mereka tidak bisa
disebut sebagai ahli kitab walaupun mereka memiliki kitab suci masing-masing.
Hal ini dikarenakan kitab suci mereka bukan diturunkan oleh Allah akan tetapi
mereka membuat sendiri yang disesuaikan dengan adat, tata krama dan filosofi
masyarakat pada masa itu. Inilah yang menjadi pendapat Imam syafi’i.
PEMBAHASAN
A.
Q.s. Al-Baqarah : 109
1.
Ayat dan Terjemah
¨ur ×ÏV2 ïÆÏiB È@÷dr& É=»tGÅ3ø9$# öqs9 Nä3tRrãt .`ÏiB Ï÷èt/ öNä3ÏZ»yJÎ) #·$¤ÿä. #Y|¡ym ô`ÏiB ÏYÏã OÎgÅ¡àÿRr& .`ÏiB Ï÷èt/ $tB tû¨üt6s? ãNßgs9 ,ysø9$# ( (#qàÿôã$$sù (#qßsxÿô¹$#ur 4Ó®Lym uÎAù't ª!$# ÿ¾ÍnÍöDr'Î/ 3 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ÖÏs% ÇÊÉÒÈ
109. Sebahagian besar ahli Kitab menginginkan agar
mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, Karena
dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka
kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan
perintah-Nya[82]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
2. Asbabun Nuzul
Dikemukakan
oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa’id bin Huzaimah atau ‘Ikramah yang bersumber dari
Ibni Abas, bahwa dahulu Hay bin Ahthab dan Abu Yasir bin Ahthab adalah termasuk
orang-orang Yahudi yang paling dengki kepada orang-orang Arab, dengan dalih
bahwa Allah telah mengistimewakan mereka dengan munculnya seorang utusan di
kalangan mereka. kedua orang jahat itu dengan penuh kesungguhan
menghalang-halangi orang lain masuk Islam semampu mungkin. Maka Allah
menurunkan ayat di atas.
3. Tafsir Mufradat
وَدَّ
Wadda
: Menginginkan, Menyukai
أَهْلِ
الْكِتَبِ Ahlil-
kitaab :Kaum Yahudi dan kaum Nasra
حَسَدًا
Hasadan
:
Hasad atau dengki adalah mengharap hilangnya nikmat dari orang lain yang
mendapatkannya
لَهُمُ الْحَقُتَبَيَّنَ
Tabayyana
Labum al-Haqq : Mereka mengetahui bahwa Muhammad
adalah rasul Allah, dan agamanya adalah agama yang benar.
فَاْعْفُوْا
وَاصْفَحُواْ Fa’fuu
Washfahuu : Janganlah kalian hukum mereka dan jangan kalian caci maki
mereka. Makna Al-Afwu adalah memaafkan dengan tidak menghukum sedang
makna ash-Shafhu adalah berpaling dari orang yang bersalah (dengan
menganggap tak bersalah).
حَتَّى
يَأْ تِىَ اللهُ بِأَمْرِهِ Hattaa
Ya’tiya Allahu bi Amrihi : Yakni Allah Ta’ala telah mengizinkan untuk
memerangi mereka. Mereka yang dimaksud adalah kaum Yahudi Madinah, yaitu Bani
Qainuqa’, bani Nadhir dan Bani Quraidzah.[1]
4. Tafsir Ayat
وَدَّ
كَثِيْرُ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَبِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِّن بَعْدِ إِيْمَنَكُمْ
كُفَارًا
Sebagaimana yang diriwatkan oleh Muhammad bin Ishaq, dari
Ibnu ‘Abbas, ia mengatakan: “ Huyay bin Akhthab dan Abu Yasir bin Akhthab
merupakan orang Yahudi yang paling dengki dengan terhadap masyarakat Arab,
karena Allah SWT telah mengistimewakan mereka dengan (mengutus)
Rasul-Nya, Muhammad SAW. Selain itu, keduanya juga paling gigih mengalangi
manusia memeluk Islam.kemudian berkaitan dengan orang tersebut Allah menurunkan
Ayat di atas.
حَسَدًا
مِّنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لهُمُ الحَقُّ
Allah berfirman, bahwa setelah kebenaran yang
terang-benerang di hadapan mereka dan tidak ada sedikit pun yang tidak
mengetahuinya, tetapi kedengkian menyeret mereka kepada kemungkaran. Maka Allah
SWT pun benar-benar mencela, menghina
dan mencacimereka, serta menyegerakan bagi Rasulullah SAW dan juga orang-orang
yang beriman yang telah membenarkan, mengimani, dan mengakui apa yang
diturunkan Allah SWT kepada mereka yang diturunkan kepada orang-orang sebelum
mereka, kemuliaan, pahala yang besar, dan pertolongan-Nya.sedangkan
mengenai firmsn-Nya مِّن بَعْدِ إِيْمَنَكُمْ كُفَارًا ‘Abdul Aliyah mengatakan : “yaitu setelah
mereka melihat dengan jelas bahwa Nabi Muhammad, Rasulullah SAW tertulis dalam
kitab Taurat dan Injil. Lalu mereka mengingkarinya karena iri dan dengki,
karena Nabi Muhammad bukan dari kalangan mereka (Yahudi).
Mengenai Firman Allah
SWT فَا عْفُوْا وَاصْفَحُواْ حَتَّى يَأْ
تِىَ اللهُ بِأَمْرِهِ “Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari
Ibnu Abbas, ia mengatakan : “Ayat tersebut telah dinasakh dengan QS. At-Taubah:
5 yang Artinya Maka bunuhlah oarang-orang musyrik itu dimana saja kalian
jumpai mereka. Denagn demikian pemberian maaf tersebut telah dinasahk (dihapuskan)
bagi orang-orang musyrik. Hal yang sama dikemukakan oleh Abul ‘Aliyah,
Ar-Rabi’ bin Anas, Qatadah, dan as-Suddi, bahwa ayat tersebut mansukh dengan
ayat saif (perintah berperang).[2]
5. Analisis Ayat
Ayat
ini memperingatkan umat Islam bahwa : Banyak diantara Ahl al-Kitab yakni
orang Yahudi dan Nasrani menginginkan dari lubuk hati mereka disertai
dengan upaya nyata seandainya mereka dapat mengembalikan kamu semua setelah
keimanan kamu kepada Allah dan Rasul-Nya kepada kekafiran baik dalam
bentuk tidak mempercayai tauhid dan rukun-rukun iman, maupun kekufuran yang
bersifat kedurhakaan serta pelanggaran pengamalan agama, hal ini disebabkan
karena iri hati yang timbul dari kedengkian yang amat besar yang terpendam dalam
diri mereka.[3]
Allah
Ta’ala memberitakan kepada orang-orang yang beriman tentang moralitas dari
kebanyakan Ahli Kitab. Yaitu keinginan mereka yang kuat agar orang-orang Islam
meninggalkan agama mereka yang benar dan menjadi tidak benar. Keinginan Ahli
Kitab ini muncul, karena kedengkian mereka yang timbul dari suatu watak
kejiwaan mereka yang tidak suka melihat orang Islam hidup di bawah naungan
cahaya Iman dengan meninggalkan kegelapan. [4]
Allah
Ta’ala mengingatkan hamba-hamba-Nya yang beriman agar tidak menempuh jalan yang
di tempuh oleh Ahli Kitab. Dia (Allah) juga memberitahu mereka tentang
permusushan orang-orang kafir terhadap merekatentang permusuhan orang-orang
kafir terhadap mereka terhadap mereka, baik secara batiniyah maupun lahiriyah.
Dan berbagai kedengkian yang yang menyelimuti mereka terhadap orang-orang
Mukmin karena mereka mengetahui kelebihan yang dimiliki orang-orang Mukmin dan
Nabi mereka.[5]
B. Q. S. Ali Imron 113
1.
Ayat dan terjemahan
*
(#qÝ¡øs9 [ä!#uqy 3
ô`ÏiB È@÷dr& É=»tGÅ3ø9$# ×p¨Bé& ×pyJͬ!$s% tbqè=÷Gt ÏM»t#uä «!$# uä!$tR#uä È@ø©9$# öNèdur tbrßàfó¡o ÇÊÊÌÈ
113. Mereka itu tidak sama; di antara ahli
kitab itu ada golongan yang Berlaku lurus[6],
mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka
juga bersujud (sembahyang).
2. Asbabun Nuzul
Dikemukakan
oleh Ibnu Abi Hatim, Ath-Thabaranidan Ibnu Mundah di dalam “Ash-Shahabah” yang
bersumber dari Ibni Abbas. Ibnu Abbas berkata : “Ketika Abdullah bin Salam,
Tsa’labah bin Sa’yah, Usaid bin Sa’yah dan As’ad bin ‘Abd serta dari golongan
Yahudi masuk Islam, lalu mereka beriman, membenarkan dan mencintai Islam,
berkatalah pendeta-pendeta Yahudi dan orang-orang kafir diantara mereka
:”Tidaklah beriman kepada Muhammad dan pengikut-pengikutnya kecuali orang-orang
jahat diantara kami, sebab andaikata mereka yang paling baik diantara kami,
mereka tak akan meninggalkan agama nenek moyangnya dan pergi ke agama lain.”
Maka Allah menurunkan ayat Ali Imron 113 sehubungan dengan kejadian tersebut.
Dikemukakan
oleh Ahmad dan lainnya yang bersumber dari Ibni Mas’ud. Ibnu Mas’ud berkata :
“Pernah Rasulullah saw mengakhirkan sholat Isya’, kemudian beliau keluar menuju
masjid, didapatinya disitu orang-orang sedang menunggu shalat. Lalu bersabdalah
beliau : “Ketahuilah! Sungguh tiada seorangpun dari penganut agama lain yang
ingat kepada Allah di saat seperti ini (malam) selain kalian,” maka turunlah
ayat ini.[7]
(لَيْسُواْ سَوَآءً) Laisuu Sawaa’an : Mereka semua
tidak sama.
(أُمَّةٌ قَآئِمَةٌ) Ummatun Qaa’imatun : Satu kelompok
yang tegak dan teguh pada keimanan dan amal saleh.
(يَتْلُونَ أَيَاتِ اللَّهِ) Yatluuna Aayaatillah : Mereka
membaca ayat-ayat Allah dalam Al-Qur’an.
(أَنَآءَاَلَّيْلِ) Aanaa’al-Laili : Pada saat-saat
malam hari. Kata Aanaa’ adalah bentuk jama’ dari kata Iniy yang
berarti waktu.
(وَهُمْ يَسْجُدُونَ) Wahum Yasjuduun : Mereka bersujud,
yakni mendirikan shalat.
4. Tafsir ayat
Sesudah Allah Ta’ala menyebut kondisi Ahli
Kitab yang terbagi menjadi dua : ada yang beriman dan saleh, dan ada yang kafir
lagi jahat. Maka, pada ayat ini Allah menyebutkan bahwa kondisi Ahli Kitab itu
semuanya tidak sama.[9]
Allah memuji mereka yang saleh dengan firman-Nya,
*
(#qÝ¡øs9 [ä!#uqy 3
ô`ÏiB È@÷dr& É=»tGÅ3ø9$# ×p¨Bé& ×pyJͬ!$s%
“Mereka itu tidak sama; di antara ahli
kitab itu ada golongan yang berlaku lurus...”[10]
Yakni,
mereka teguh pada keimanan yang benar, yaitu kelompok Yahudi yang telah masuk
Islam. Mereka membaca ayat-ayat Allah di waktu sholat yang selalu mereka
kerjakan pada saat-saat malam; yaitu shalat Isya’ dan Qiyamullail
(tahajud), dan mereka selalu bersujud (tunduk dan patuh kepada Allah). Ini
merupakan pujian Allah kepada mereka, sebab sujud merupakan bukti ketundukan
seorang hamba kepada Allah. Allah juga memuji mereka karena keimanan mereka
yang benar dan amar ma’ruf dan nahi munkar yang mereka lakukan. Mereka beramar
ma’ruf dengan menyeru orang lain untuk beribadah kepada Allah Ta’ala
sesudah ia beriman secara benar dan berislam secara lahir dan batin. Mereka pun
mencegah kemunkaran, yaitu perbuatan syirik (menyekutukan Allah) dalam
beribadah dan perbuatan kufur kepada Allah dan Rasul-Nya.[11]
5.
Analisis Ayat
Ayat ini menegaskan bahwa mereka itu
yakni al-kitab, orang-orang Yahudi Nasrani tidak sama dalam sikap dan kelakuan
mereka terhadap Allah dan manusia, diantara ahl al-kitab itu ada golongan yang berlaku
lurus, yakni menerima dan melaksanakan secara sempurna tuntunan Nabi-Nabi
mereka, sehingga bersedia untuk percaya kepada kebenaran dan mengamalkan
nilai-nilai luhur. Ini disebabkan karena mereka selalu membaca ayat-ayat Allah
pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud, yakni tunduk
patuh atau shalat. Pada umumnya, ulama’-ulama’ tafsir memahami kelompok yang
dibicarakan oleh ayat ini adalah ahl al-kitab yang memeluk agama Islam.[12]
C. Q. S. Al-Maidah 51
1.
Ayat dan terjemahan
*
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä w (#räÏGs? yqåkuø9$# #t»|Á¨Z9$#ur uä!$uÏ9÷rr& ¢
öNåkÝÕ÷èt/ âä!$uÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4
`tBur Nçl°;uqtGt öNä3ZÏiB ¼çm¯RÎ*sù öNåk÷]ÏB 3
¨bÎ) ©!$# w Ïôgt tPöqs)ø9$# tûüÏJÎ=»©à9$# ÇÎÊÈ
51. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka
menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
2. Asbabun Nuzul
Dikemukakan oleh
Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim dan Al Baihaqi yang bersumber dari
‘Ubadah bin Shamit. ‘Ubadah bin Shamit berkata : “Abdullah bin Ubay bin Salul
(tokoh munafik Madinah) dan saya (‘Ubadah bin Shamit) terikat oleh suatu
perjanjian untuk saling membela dengan kelompok Yahudi Bani Qainuqak. Ketika
Bani Qainuqak berperang melawan Rasulullah saw. Abdullah bin Salul tidak mau
melibatkan diri dan saya (‘Ubadah bin Shamit) berangkat menuju Rasulullah,
hendak membersihkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya dari ikatan perjanjian
tersebut dan menggabungkan diri dengan Rasulullah saw. serta menyatakan tunduk
hanya kepada Allah dan Rasul-Nya.” ‘Ubadah bin Shamit adalah salah seorang
tokoh Islam dari Bani ‘Auf bin Khazraj. Mengenai peristiwanya dan peristiwa
Abdullah bin Ubay bin Salul tersebut, maka turunlah kisah dalam surat Al-Maidah
ini “Yaa ayyuhalladziina aamanuu laa tattakhidzulyahuuda wannashaaraa
auliyaau...” sampai akhir ayat, yang menerangkan bahwa orang-orang mukmin
harus tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan tidak mengangkat orang-orang
Yahudi dan Nashrani sebagai wali mereka.[13]
3. Tafsir al-mufrodat
(تَتَّخِذُوا) tattakhidzu/kamu mengambil
terambil dari kata (أخذ) akhadza, yang
pada umumnya diterjemahkan mengambil. [14]
(بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ) Ba’dhuhum
auliyaa’u ba’dhin : orang Yahudi
itu adalah penolong bagi saudaranya yang Yahudi lainnya, begitu juga orang
Nashrani penolong bagi saudaranya yang Nashrani lainnya.[15]
4. Tafsir ayat
*
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä w (#räÏGs? yqåkuø9$# #t»|Á¨Z9$#ur uä!$uÏ9÷rr& ¢
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu).”
Yakni, melarang orang-orang beriman untuk menjadikan kaum Yahudi dan Nasrani
sebagai pemimpin mereka.
Kemudian pada ayat
selanjutnya Allah Ta’ala menyebutkan sebab dilarangnya hal itu, karena
mereka merupakan pelindung bagi sebagian yang lain, maksudnya Yahudi itu adalah
pelindung bagi sebagian Yahudi yang lain, dan Nasrani itu adalah pelindung bagi
sebagian Nasrani yang lain. Sehingga dengan alasan apa kamu menjadikan mereka
sebagai pelindung dan pemimpin serta menaruh kepercayaan kepada mereka? Karena
bagaimana mungkin mereka mementingkan kamu daripada saudara mereka sendiri?
Atau menolong kamu dengan mengorbankan saudara mereka sendiri? Karena itulah
Allah Ta’ala mengancam orang-orang yang melakukan perbuatan seperti itu
dengan firman-Nya,”...Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin.” Artinya, wahai orang-orang beriman siapa saja diantara kalian
yang melakukan hal seperti itu, maka dia sudah termasuk golongan mereka.
¼çm¯RÎ*sù öNåk÷]ÏB 3
“...Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk
golongan mereka.”
Karena dengan menjadikan mereka sebagai pemimpin, berarti sama saja dengan
menabuh genderang perang melawan Allah, Rasul-Nya dan segenap kaum muslimin.
Kemudian
pada ayat berikutnya Allah Ta’ala kembali menegaskan konsekuensi dari
perbuatan tersebut yaitu, “...Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim.” Dengan ber-muwala’ kepada mereka
akan menghalangi turunnya hidayah Allah, karena perbuatan itu adalah perbuatan
zalim sedangkan Allah Ta’ala membenci orang-orang yang berbuat zalim.
Maksudnya, bahwa secara tidak langsung mereka telah berbuat zalim dengan
perbuatannya tersebut, yakni menjadikan pemimpin orang yang tidak sepantasnya
dijadikan pemimpin, sebagaimana pengertian zalim itu sendiri yaitu menempatkan
sesuatu bukan pada tempatnya, karena yang pantas untuk jadi pemimpin bagi kaum
muslimin adalah Allah, Rasul-Nya dan kaum muslimin itu sendiri bukan
musuh-musuh-Nya.[16]
5.
Analisis Ayat
Allah
Ta’ala melarang hamba-hamba-Nya yang beriman mengangkat orang-orang
Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin mereka, karena mereka itu adalah
musuh-musuh Islam dan musuh para pemeluknya, semoga Allah membinasakan mereka.
Selanjutnya Allah Ta’ala memberitahukan bahwa sebagian dari mereka
adalah pemimpin bagi sebagian lainnya. Dan setelah itu Allah mengancam, dan
menjanjikan siksa bagi orang yang mengerjakan hal tersebut.[17]
D.
Q. S. Al-Maidah 59
1.
Ayat dan Terjemahnya
ö@è% @÷dr'¯»t É=»tGÅ3ø9$# ö@yd tbqßJÉ)Zs? !$¨ZÏB HwÎ) ÷br& $¨ZtB#uä «!$$Î/ !$tBur tAÌRé& $oYøs9Î) !$tBur tAÌRé& `ÏB ã@ö7s% ¨br&ur ö/ä.usYø.r& tbqà)Å¡»sù ÇÎÒÈ
Artinya : Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Apakah kamu memandang
Kami salah, hanya lantaran Kami beriman kepada Allah, kepada apa yang
diturunkan kepada Kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang
kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang Fasik ?
2.
Asbabul Nuzul
Abu Syekh dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang
mengatakan, bahwa Rifa'ah bin Zaid bin Tabut dan Suwaid bin Harits telah
menampakkan keislamannya, akan tetapi kemudian keduanya menjadi munafik. Dan
tersebutlah bahwa ada seseorang lelaki dari kalangan kaum Muslimin bersahabat
dengan sangat intim dengan mereka. Kemudian Allah SWT menurunkan ayat,
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi walimu,
orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan..." sampai dengan
firman-Nya, "Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan."
(Q.S. Al-Maidah 57-61).
Sehubungan dengan turunnya ayat ini Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa
ada segolongan orang-orang Yahudi datang kepada Nabi SAW yang di antaranya
ialah Abu Yasir bin Akhthab, Rafi bin Abu Nafi' dan Ghazi bin Umar. Mereka
bertanya kepada Nabi SAW tentang rasul-rasul yang diimaninya, kemudian Nabi
menjawab, "Aku beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada
Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya dan apa yang diberikan kepada
Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan-nya. Kami
tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk dan
patuh kepada-Nya." Tatkala Nabi SAW menuturkan tentang perihal Nabi
Isa, mereka kontan mengingkari kenabian Isa, dan mengatakan, "Demi Allah,
kami tidak mengetahui pemeluk suat agama yang sangat kecil keberuntungannya di
dunia dan akhirat daripada kalian. (Kami juga) tidak (mengetahui) agama yang
lebih buruk dari agama kalian. Maka turunlah ayat ini dan ayat setelahnya.[18]
3.
Tafsir Mufradat
هَلْ تَنْقِمُوْنَ مِنَّا Hal tanqimuuna minna : Apa kamu
memandang bahwa apa yang kami lakukan ini salah, sehingga kamu mencela kami
وَأَنِّ اَكْثَرَ كُمْ فَاسِقُوْنَ wa anna aktsarakum faasiquun : dapat
juaga dipahami sebagai lanjutan dari alasan mengapa mereka mengecam
4.
Tafsir Ayat
Menghadapi dan menanggapi sikap ahli kitab seperti yang dilukiskan
ayat yang lalu, ayat ini memerintahkan : katakanlah hai Nabi Muhammad
SAW atau siapa pun yang menggunakan akalnya : hai ahli kitab, yang
menjadikan agama kami bahan olok-olok, dan semua yang berperilaku seperti
mereka, apakah kamu memandang kami salah, dan mengecam perbuatan kami,
yakni tidak ada yang menjadikan kamu memandang kami bersalah kecuali hanya
karena kami beriman kepada Allah , Tuhan Yang Maha Esa dan beriman juga kepada
yang diturunkan kepada kami sambil melaksanakan tuntunannya dan juga
beriman kepada apa yakni kitab suci yang diturunkan sebelumnya,
kepada para nabi yang lalu seperti Taurat, Injil, Zabur dan wahyu-wahyu Allah
yang lain dan yang dibenarkan kandungannya oleh kitab suci kami. Dan, itu semua
kami percaya dan hormati. Itu semua adalah hal-hal yang baik dan terpuji, tidak
wajar dicela atau dipersalahkan tetapi karena kenyataan menunjukkan bahwa
kebanyakan di antara kamu wahai ahli kitab adalah orang-orang fasik yang
benar-benar telah keluar dari tuntunan agama, maka kamu mengecam dan
mempermasalahkan kami.[19]
Firman-Nya : (وأن أكثر كم فاسقون)
wa anna aktsarakum faasiquun dapat juga dipahami sebagai lanjutan dari
alasan mengapa mereka mengecam. Dengan demikian, ayat ini menyatakan bahwa
kecaman mereka disebabkan karena kami beriman dan kami percaya bahwa
kebanyakan di antara kalian adalah orang-orang fasiq. Memang salah satu
sebab kebencian non-Muslim terhadap orang-orang Muslim adalah karena keyakinan
umat Islam tentang kesesatan ajaran mereka.[20]
5.
Analisis Ayat
Dalam tafsir fi Zhilalil Qur`an telah dijelaskan bahwa pertanyaan
yang yang diperintahkan kepada Ahli Kitab ini dari satu segi sebagai pertanyaan
retoris (pertanyaaan yang tidak memerlukan jawaban) untuk menetapkan apa yang
mereka lakukan untuk kaum muslimin.[21]
Kaum Ahli Kitab itu memusuhi kaum muslimin karena mereka beragama
Islam. Karena mereka bukan orang Yahudi dan Nasrani. Juga karena ahli kitab itu
fasik, menyimpang dari apa yang diturunkan Allah kepada mereka. Tanda kefasikan
dan penyelewengan mereka ialah tidak mau beriman kepada risalah terakhir, padahal
risalah ini membenarkan apa yang ada di hadapan mereka-bukan yang mereka
ada-adakan dan mereka ganti. Mereka juga tidak beriman kepada Rasul terakhir,
padahal Rasul ini membenarkan apa yang ada di hadapan mereka, dan menghormati
semua Rasul Allah.[22]
KESIMPULAN
Jika
kita pahami dari tafsiran ayat-ayat yang telah kami paparkan diatas, maka dapat
kita ambil pemahaman secara garis besarnya bahwa kita sebagai umat Islam agar
berhati-hati kepada Ahli Kitab yang berniat untuk menjerumuskan kita kepada
jalan yang tidak benar. Dan juga di jelaskan latar belakang adanya kedengkian
Ahli kitab itu karena mereka mengetahui bahwa kita orang Mukmin itu di bawah naungan cahaya Iman. Dan juga Ahli Kitab berniat ingin melunturkan ajaran agama Islam dengan
menghilangkan hakikat yang benar dan jelas dari agama Islam itu sendiri. Kebanyakan
mereka tidak senang kepada orang-orang Muslim yang konsisten dan komitmen pada
agamanya. Hal tersebut dapat kita lihat diantaranya dari usaha mereka yang
sengit untuk memurtadkan kaum muslimin menjadi orang non-muslim. Namun Ahli
Kitab sendiripun tidak semuanya buruk, ada pula sebagian Ahli Kitab yang
beriman dan saleh, yakni orang Yahudi dan Nasrani yang telah masuk islam dan telah
menjalankan shalat.
Jadi dapat kita simpulkan bahwasanya dari surat Al-baqarah dan Ali
Imron diatas menjelaskan tentang konsep toleransi beragama. Lalu pada Surat
Al-Maidah menjelaskan tentang tidak menjadikannya teman akrab atau pemimpin.
Dalam artian sesama umat beragama kita harus menghargai agama dan cara
beribadah mereka. Namun jangan sampai berlebihan. Boleh saja bergaul, akan
tetapi jangan sampai kelemahan-kelemahan kita dalam beragama diketahui mereka.
Karena tetap bisa dipastikan adanya unsur-unsur ajakan untuk mengikuti ajaran
mereka.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Jazairi, Syaikh abu Bakar Jabir. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar
. Jakarta : Darus Sunnah press. 2006.
Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq. Tafsir
Ibnu Katsir. Kairo : Pustaka Imam Asy-Syafi’i. 1994.
Mujieb AS, M. Abdul. Lubabun Nuqul fi Asbabun Nuzul : Riwayat
turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Daarul Ihya. 1986.
Nawawi, Imam. Tafsir Marah al-Labid. Semarang : Toha Putra.
Quthb, Sayyid. Tafsir fi Dzilalil-Qur`an. Jakarta: Gema
Insani Press. 2001.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah. Tangerang : Lentera
Hati. 2000.
Utsman, Mahmud Hamid. Tafsir Al-Qurthubi. Jakarta : Pustaka
Azzam. 2007.
[1] Syaikh
abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar , (Jakarta : darus
Sunnah press.2006), hlm. 183.
[2] Mahmud
Hamid Utsman, Tafsi Al-Qurthubi, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007), hlm.
172
[3] M.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Tangerang : Lentera Hati, 2000),
hlm. 292.
[4] Syaikh
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar, (Jakarta : Darus
Sunnah Press, 2006), hlm.183-184.
[5] Abdullah
bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, (Kairo : Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 1994),
jilid 3, hlm.221.
[6] Yakni:
golongan ahli kitab yang telah memeluk agama Islam.
[7] M. Abdul
Mujieb AS, Lubabun Nuqul fi Asbabun Nuzul : Riwayat turunnya ayat-ayat
Al-Qur’an, Daarul Ihya, 1986, hal. 117
[8] Syaikh
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an AL-AISAR, Jaktim: Darussunnah,
2007, hal. 171-172
[9] Ada
sebagian ahli tafsir yang mengatakan bahwa ungkapan dalam ayat ini diakhiri
dengan firman Allah : (ليسوا سواءً)
sehingga maksudnya menjadi : bahwa tidaklah sama antara kaum muslimin dan Ahli
Kitab. Barulah sesudah ungkapan ini, mulai ungkapan berikutnya: (من اهل الكتاب أمةٌ قائمةٌ...). Diantara Ahli Kitab ada kelompok yang teguh (dalam keimanan
dan amal shalih)... Tetapi pendapat (tafsiran) yang di sebutkan di atas menurut
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam tafsir Al-Qur’an Al Aisar lebih jelas
dan benar.
[10] Yang
dimaksud dengan kelompok yang teguh dalam keimanan dan beramal saleh tersebut
adalah Abdullah bin Sallam beserta saudaranya dan bibinya, juga Sa’yah atau
San’ah bin Gharidh, Tsa’labah bin Sa’yah, Asad Al-Quradhi dan kawan-kawannya
dari kaum Yahudi yang masuk Islam dan terkenal baik keislamannya dan
perjuangannya dalam membela Islam.
[11] Syaikh
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an AL-AISAR, Jaktim: Darussunnah,
2007, hal. 172-173
[12] M.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Tangerang : Lentera Hati, 2000),
hlm. 190
[13] M.
Abdul Mujieb AS, Lubabun Nuqul fi Asbabun Nuzul : Riwayat turunnya ayat-ayat
Al-Qur’an, Daarul Ihya, 1986, hal. 219
[14] Quraish
shihab, Tafsir al-mishbah, Lentera Hati, 2002, hal. 122
[15] Syaikh
Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an AL-AISAR, Darussunnah, 2007, jilid
2 hal. 681
[16] ibid. hal. 682-683
[17]
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu
Katsir, (Kairo : Pustaka Imam
Asy-Syafi’i, 1994), jilid 3, hlm. 106
[18] Syaikh
Imam Al Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Jakarta: Pustaka Azzam. 2008, hlm. 558.
[19] M.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran,
Jakarta: Lentera Hati, 2002, hlm. 138
[20] ibid. hlm. 139
[21]Sayyid
Quthb, Tafsir fi Dhilalil-Qur`an jilid 2, Jakarta: Gema Insani Press, 2001,
hlm. 266.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan tinggalkan komentar sobat, komentar kalian sangat berpengaruh dalam kemajuan blog ini, trims ;)