SELAMAT DATANG DI BLOG NZ_ELFATH'KU

Senin, 05 November 2012

penyakit hati menurut Qur'an dan Hadis


B A B  I
PENDAHULUAN

Setiap anggota tubuh diciptakan untuk suatu fungsi tertentu. Maka ia disebut sedang dalam keadaan sakit apabila tak lagi memiliki kemampuan untuk melaksanakan fungsinya itu, baik secara keseluruhan ataupun sebagiannya saja.
Penyakit tangan menyebabkan tangan tak mampu melaksanakan fungsinya, yaitu memegang. Sedangkan penyakit mata menyebabkan mata tak mampu melaksanakan fungsinya, yaitu melihat.
Demikian pula penyakit hati, menyebabkan hati tak mampu melakukan fungsinya yang khas, yang memang itu diciptakan untuknya. Yaitu, pengetahuan, hikmah, ma’rifah, cinta kepada Allah, beribadah untuk dan kepada-Nya, merasakan kenikmatan apabila menyebut atau mengingat-Nya, mengutamakan-Nya di atas segala keinginan selain-Nya, serta mengerahkan semua dorongan jiwa dan anggota tubuh demi melaksanakan semua itu. Firman Allah SWT :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ  
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzariat: 56)











B A B  II
PEMBAHASAN

Ø  Penyakit Hati dan Cara Mengobatinya
Hati yang dalam bahasa Arab berarti Qalbun adalah bagian yang sangat penting pada manusia. Jika hati kita baik, maka baik pula seluruh amal kita:
Rasulullah saw. bersabda, “….Bahwa dalam diri setiap manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh amalnya, dan apabila ia itu rusak maka rusak pula seluruh perbuatannya. Gumpalan daging itu adalah hati.” (HR Imam Al-Bukhari)
Sebaliknya, orang yang dalam hatinya ada penyakit, sulit menerima kebenaran dan akan mati dalam keadaan kafir.
وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ   
Orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya yang telah ada dan mereka mati dalam keadaan kafir.” [At Taubah 125]
Oleh karena itu penyakit hati jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik, maka kita perlu mengenal beberapa penyakit hati yang berbahaya serta bagaimana cara menyembuhkannya.

1.      Sombong
Sering orang karena jabatan, kekayaan, atau pun kepintaran akhirnya menjadi sombong dan menganggap rendah orang lain. Bahkan Fir’aun yang takabbur sampai-sampai menganggap rendah Allah dan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Kenyataannya Fir’aun adalah manusia yang akhirnya bisa mati karena tenggelam di laut.
Allah melarang kita untuk menjadi sombong:
وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولا
Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” [Al Israa’ 37]

Ÿوَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ  
Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Luqman 18]

Allah menyediakan neraka jahannam bagi orang yang sombong:
ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ  
Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” [Al Mu’min 76]
Kita tidak boleh sombong karena saat kita lahir kita tidak punya kekuasaan apa-apa. Kita tidak punya kekayaan apa-apa. Bahkan pakaian pun tidak. Kecerdasan pun kita tidak punya. Namun karena kasih-sayang orang tua-lah kita akhirnya jadi dewasa. Begitu pula saat kita mati, segala jabatan dan kekayaan kita lepas dari kita. Kita dikubur dalam lubang yang sempit dengan pakaian seadanya yang nanti akan lapuk dimakan zaman.
Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin menyatakan bahwa manusia janganlah sombong karena sesungguhnya manusia diciptakan dari air mani yang hina dan dari tempat yang sama dengan tempat keluarnya kotoran.
Bukankah Allah mengatakan pada kita bahwa kita diciptakan dari air mani yang hina.
  
Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” [Al Mursalaat 20]

Saat hidup pun kita membawa beberapa kilogram kotoran di badan kita. Jadi bagaimana mungkin kita masih bersikap sombong?

2.      Dusta
Adapun Al-Kadzib (kebohongan), maka perbuatan ini akan mengantarkan pada kejahatan, yaitu berpalingnya dari sifat istiqamah. Ada juga yang mengatakan bahwa kebohongan adalah kemaksiatan yang paling cepat menyebar. Tentang tercelanya membicarakan segala sesuatu yang ia dengar, Rasulullah bersabda, “Cukuplah seseorang dianggap pendusta jika ia selalu membicarakan segala sesuatu yang ia dengar”. (HR. Muslim 1/10)
Abdullah bin  ‘Amr  berkata,  “Rasulullah  pernah datang ke rumah kami, waktu itu aku masih kecil, akupun keluar utk bermain. Ibuku kemudian memanggil, “Ya Abdullah kemari, nanti akan ibu beri sesuatu”. Maka Rasulullah  bertanya: “Apa yang akan kamu berikan?” Dia mejawab, “Saya akan memberi kurma”. Rasulullah  kemudian bersabda, “Seandainya engkau tak melakukan (apa yang engkau katakan), berarti telah dicatat atasmu satu kedustaan.” (HR. Abu Daud no. 4991)
Nabi  bersabda, “Seseorang yang senantiasa & terbiasa dgn dusta akan dicatat di sisi Allah ta’ala sebagai pendusta.” (HR. Bukhari 10/423, Muslim no. 2606).

Faktor pendorong berbuat dusta :
Motif yang mendorong orang-orang yang memiliki jiwa nista untuk melakukan kedustaan cukup banyak, diantaranya adalah :
1.      Sedikitnya rasa takut kepada Allah Ta’ala dan tidak adanya perasaan bahwa Allah Ta’ala selalu mengawasi setiap gerak-geriknya, baik yang kecil maupun yang besar.
2.      Upaya mengaburkan fakta, baik bertujuan utk mendapatkan keuntungan atau mengurangi takaran, dgn maksud menyombongkan diri atau utk memperoleh keuntungan dunia, ataupun karena motif-motif lainnya. Misalnya saja: orang yang berdusta tentang harga beli tanah atau mobil, atau menyamarkan data-data yang tidak akurat tentang wanita yang akan dipinang yang dilakukan pihak keluarganya.
3.      Mencari perhatian dgn membawakan cerita-cerita fiktif dan perkara-perkara yang dusta.
4.      Tidak adanya rasa tanggung jawab dan berusaha lari dari kenyataan, baik dlm kondisi sulit ataupun kondisi lainnya.
5.      Terbiasa melakukan dusta sejak kecil. Ini  merupakan hasil pendidikan yang buruk. Karena, sejak tumbuh kuku-kukunya (sejak kecil), sang anak biasa melihat ayah dan ibundanya berdusta, sehingga ia tumbuh dan berkembang dlm lingkungan sosial semacam itu.
6.      Merasa bangga dgn berdusta, ia beranggapan bahwa kedustaan menandakan kepiawaian, tingginya daya nalar, dan perilaku yang baik.
                
3.      ‘Ujub (kagum akan diri sendiri)
Ini mirip dengan sombong. Kita merasa bangga atau kagum akan diri kita sendiri. Padahal seharusnya kita tahu bahwa semua nikmat yang kita dapat itu berasal dari Allah. Jika kita mendapat keberhasilan atau pujian dari orang, janganlah ‘ujub. Sebaliknya ucapkan “Alhamdulillah” karena segala puji itu hanya untuk Allah.
            Berhati-hatilah dengan penyakit ujub, sebab jika sudah menjangkit kedalam hati hanya akan menimbulkan keburukan. Ujub merusak dan menghancurkan amal kebaikan. Rasulullah SAW bersabda:
ثَلاَثٌ مُهلِكَاتٌ شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوَيً مُتَّبَعٌ وَاِعْجَابُ المَوءِ بِنَفْسِهِ
Artinya       : Tiga perkara yang dapat menghancurkan, yaitu : kebakhilan yang ditaati, hawa nafsu yang dituruti dan ujub seseorang terhadap dirinya.
Mula-mula ujub itu hanya berada di dalam hati, yakni mengganggap dirinya paling mulia, paling segala-galanya dan paling sempurna dibandingkan orang lain. Karena dengan anggapan yang demikian itu maka hatinya merasa puas dan bangga atas apa yang dirasa. Kemudian berkembang menjadi sebuah perkataan yang menggungkapkan tentang pandangan manusia kepada dirinya sendiri yang mulia. Padahal yang demikian ini sangat dicela dalam agama dan dibenci Allah, karena seseorang telah di jangkiti penyakit ujub maka ada sikap meremehkan dalam berbuat amal, maka tepatlah kiranya jika ujub ini adalah pangkal kemaksiatan, kelalaian dan kesenangan nafsu untuk merasa puas kepada dirinya, sedangkan orang yang merasa puas dengan dirinya sendiri karena menganggap sempurna, maka dia akan buta dengan kelemahan-kelemahan yang dia miliki.
Ibnu Mas’ud berkata bahwa faktor penyebab keselamatan manusia itu ada dua perkara, yaitu bertaqwa dan menanamkan niat yang sungguh-sungguh. Seangkan faktor penyebab kecelakaan atau kebinasaan juga dua perkara, yaitu putus asa dan membanggakan diri.
            Bahaya ujub sebagaimana riya’ merupakan syirik kecil, demikian pula ujub merupakan syirik kecil juga. Riya’ merupakan syirik dari sisi orang yang beramal saleh menyertakan orang lain bersama Allah dalam mencari ganjaran berupa pujian dan sanjungan, sedangkan ujub merupakan kesyirikan dari sisi orang yang beramal saleh menyertakan dirinya bersama Allah dalam keberhasilanya beramal saleh, seakan-akan bukan allah semata yang menjadikanya berhasil beramal saleh akan tetapi ia juga turut andil dalam keberhasilanya beramal saleh.
كَرَّرَهُ زِيَادَةً فِي التَّنْفِيْرِ وَمُبَالَغَةً فِي التَّحْذِيْرِ، وَذَلِكَ لِأَنَّ الْعَاصِي يَعْتَرِفُ بِنَقْصِهِ فَيُرْجَى لَهُ التَّوْبَةُ وَالْمُعْجَبُ مَغْرُوْرٌ بِعَمَلِهِ فَتَوْبَتُهُ بَعِيْدَة

Artinya : "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengulangi-ngulanginya (*ujub !, ujub !) sebagai tambahan (penekanan) untuk menjauhkan (*umatnya) dan sikap berlebih-lebihan dalam mengingatkan (*umatnya). Hal ini dikarenakan pelaku maksiat mengakui kekurangannya maka masih diharapkan ia akan bertaubat, adapun orang yang ujub maka ia terpedaya dengan amalannya, maka jauh/sulit baginya untuk bertaubat" (At-Taisiir bisyarh Al-Jaami' as-Shoghiir 2/606)

Tanda-tanda terjangkit penyakit ujub :
Menurut Almunaawi Assyafi’i menyebutkan bahwasanya diantara tanda-tanda orang ujub adalah :
1.      Dia merasa heran jika doanya tidak dikabulkan oleh Allah. Dia merasa bahwa ketaqwaanya dan amalanya mengharuskan doanya dikabulkan oleh Allah hal ini menunjukkan ujubnya dengan amalan saleh karenanya tatkala doanya tidak dikabulkan merasa heran.
2.      Jika orang yang mengganggunya ditimpa musibah, maka dia merasa bahwa itu merupakan karomahnya.

Untuk mengobati penyakit ujub, diantaranya sebagai berikut :
1.      Menyadari bahwasanya mampunya kita beramal sholeh adalah semata-mata kemudahan dan karunia dari Allah, firman allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ   
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” [An-Nuur : 21]
2.      Banyak ibadah yang agung yang disyari'atkan untuk diakhiri dengan istighfar. Hal ini agar para pelaku ibadah-ibadah tersebut tidak merasa ujub dengan ibadah-ibadah yang telah mereka lakukan, akan tetapi tetap merasa dan sadar bahwa ibadah yang mereka lakukan tetap ada kekurangannya.

4.      Iri dan Dengki
Allah melarang kita iri pada yang lain karena rezeki yang mereka dapat itu sesuai dengan usaha mereka dan juga sudah jadi ketentuan Allah.
Ÿوَلا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا  
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’ 32]
Iri hanya boleh dalam 2 hal. Yaitu dalam hal bersedekah dan ilmu. “Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Jika kita mengagumi milik orang lain, agar terhindar dari iri hendaknya mendoakan agar yang bersangkutan dilimpahi berkah. “Apabila seorang melihat dirinya, harta miliknya atau saudaranya sesuatu yang menarik hatinya (dikaguminya) maka hendaklah dia mendoakannya dengan limpahan barokah. Sesungguhnya pengaruh iri adalah benar.” (HR. Abu Ya’la)
Dengki lebih parah dari iri. Orang yang dengki ini merasa susah jika melihat orang lain senang. Dan merasa senang jika orang lain susah. Tak jarang dia berusaha mencelakakan orang yang dia dengki baik dengan lisan, tulisan, atau pun perbuatan. Oleh karena itu Allah menyuruh kita berlindung dari kejahatan orang yang dengki:

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ  
Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” [Al Falaq 5]
Kedengkian bisa menghancurkan pahala-pahala kita. “Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu.” (HR. Abu Dawud)

5.      Riya’
Riya’ adalah berbuat kebaikan/ibadah dengan maksud pamer kepada manusia, agar orang mengira dan memujinya sebagai orang yang baik atau gemar beribadah seperti shalat, puasa, sedekah, dan sebagainya.
Ciri-ciri riya:
Orang yang riya berciri tiga, yakni apabila di hadapan orang dia giat tapi bila sendirian dia malas, dan selalu ingin mendapat pujian dalam segala urusan. Sedangkan orang munafik ada tiga tanda yakni apabila berbicara bohong, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat.” (HR. Ibnu Babawih).
Orang yang riya’, maka amal perbuatannya sia-sia belaka.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ  
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia.” [QS. Al-Baqarah: 264]

"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat karena riya.” [Al Maa’uun 4-6]

Imam Al Ghazali mengumpamakan orang yang riya’ itu sebagai orang yang malas ketika dia hanya berdua saja dengan rajanya. Namun ketika ada budak sang raja hadir, baru dia bekerja dan berbuat baik untuk mendapat pujian dari budak-budak tersebut.
Seperti itulah orang riya’. Ketika hanya berdua dengan Allah Sang Raja Segala Raja, dia malas dan enggan beribadah. Tapi ketika ada manusia yang tak lebih dari hamba/budak Allah, maka dia jadi rajin shalat, bersedekah, dan sebagainya untuk mendapat pujian para budak.
Agar terhindar dari riya’, kita harus meniatkan segala amal kita untuk Allah ta’ala (Lillahi ta’ala).

6.      Bakhil atau Kikir
Bakhil alias Kikir alias Pelit alias Medit adalah satu penyakit hati karena terlalu cinta pada harta sehingga tidak mau bersedekah.
Ÿ  
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Ali ‘Imran 180]
Padahal segala harta kita termasuk diri kita adalah milik Allah. Saat kita lahir kita tidak punya apa-apa. Telanjang tanpa busana. Saat mati pun kita tidak membawa apa-apa kecuali beberapa helai kain yang segera membusuk bersama kita.
Sesungguhnya harta yang kita simpan itu bukan harta kita yang sejati. Saat kita mati tidak akan ada gunanya bagi kita. Begitu pula dengan harta yang kita pakai untuk hidup bermegah-megahan seperti beli mobil dan rumah mewah.
  
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.” [Al Lail 8-11]
Yang justru jadi harta yang bermanfaat bagi kita di akhirat nanti adalah harta yang kita belanjakan di jalan Allah atau disedekahkan. Harta tersebut akan jadi pahala yang balasannya adalah istana surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
  
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” [Al Hadiid 21]

  
 
B A B III
KESIMPULAN

Penyakit hati merupakan penyakit di dalam jiwa yang lebih parah dari penyakit fisik. Karena bilamana hati seseorang sakit, atau bahkan buruk, maka perilakunya pun demikian. Contoh-contoh penyakit hati seperti :
1.      Sombong : memamerkan apa yang dia punya padahal sesungguhnya semua yang ada di dunia ini hanya milik Allah.
2.      Dusta : kebohonganlah yang akan membawa seseorang pada kejahatan.
3.      ‘Ujub : mula-mula ujub itu hanya berada di dalam hati, yakni mengganggap dirinya paling mulia, kemudian berkembang menjadi sebuah perkataan yang menggungkapkan tentang pandangan manusia kepada dirinya sendiri yang mulia. Padahal yang demikian ini sangat dicela dalam agama dan dibenci Allah, karena seseorang telah di jangkiti penyakit ujub maka ada sikap meremehkan dalam berbuat amal.
4.      Iri dan dengki : iri hanya boleh dalam 2 hal. Yaitu dalam hal bersedekah dan ilmu.
5.      Riya’ : berbuat kebaikan/ibadah dengan maksud pamer kepada manusia, agar orang mengira dan memujinya sebagai orang yang baik atau gemar beribadah seperti shalat, puasa, sedekah, dan sebagainya.
6.      Bakhil dan kikir : satu penyakit hati karena terlalu cinta pada harta sehingga tidak mau bersedekah.


    
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Imam. Bahaya Penyakit Hati. Surabaya : Tiga Dua, 1994, cetakan kedua.
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. Tahdzib Al-akhlaq wa Mu’alajat Amradh Al-qulub. Bandung : Penerbit Karisma, 1999.
http://media-islam.or.id/2009/10/08/penyakit-hati-sombong-iri-dan-dengki-dan-cara-mengobatinya/





Rabu, 31 Oktober 2012

cerpen - Bunga buat Bunda...


Jangan bermain cinta, kalau kamu gak siap dengan kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi. Yaahh memang, cinta mampu merubah segalanya, seakan semua akan jadi seperti apa yang ada di khayalan kita. Tapi ingat, yang namanya khayalan belum pasti kan seperti apa pula dalam kenyataannya?
“Bunga!” panggil deni dari kejauhan.
Ya, namaku Bunga. Dan dia Deni. Kami sahabatan sejak SMA dulu. Dan sekarang, kami sudah menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi ternama di jogja. Kami satu kampus, satu fakultas, tapi kami beda kelas.
“kamu ada kelas lagi setelah ini?”
“enggak, kenapa?”
“baguslah. Febi sakit, asmanya tadi malem kumat, dan sekarang dia dirawat dirumah sakit. Rencananya sekarang aku mau kesana, kalau kamu tidak ada kegiatan, mau ikut apa enggak?”
Aku tersenyum. Febi. Ya, nama itu yang sering deni sebut-sebut sejak pertama kali masuk kuliah. Tanpa aku Tanya ba-bi-bu, aku udah tau maksud dia apa.
“oke, tapi pake motor kamu ya?”
“siap!” jawabnya mantab sambil ia berlagak hormat dihadapanku. Aku hanya tertawa geli.
Teruntuk : Bunga yang harum mewangi
Taman itu indah, apalagi ada kamu.
Taman itu warna-warni, apalagi ada kamu.
Dan taman itu wangi, apalagi ada kamu.
Lagi-lagi surat kaleng ini dengan tidak sopannya menyelinap lagi di tasku. Siapa pemilik tulisan ini? Entahlah, aku tidak mau ambil pusing untuk urusan yang seperti ini. Masih tersisa sakit yang pernah seseorang torehkan di hatiku. Dan aku, sampai sekarang pun, masih terdapat rasa yang sulit aku mengerti.
Jedug!
“aw!”
“eh ngapunten, gak sengaja.” kata orang itu tiba-tiba di hadapanku setelah berhasil buat kepalaku agak nut-nutan gara-gara sebuah lakban besar yang sempat mendarat di keningku.
“sakit geh?” Tanya nya khawatir.
“ah, enggak kok, Cuma tadi kaget aja.”
“sekali lagi ngapunten geh, tadi lagi manjat buat masang spanduk tapi gak tau malah lakban nya bisa jatuh dan kena kepala nya mbak yang lagi lewat.” Katanya mencoba menjelaskan.
“iya, gak papa kok. Ya udah, lanjutin masangnya, tapi ati-ati, kasian kalau ada yang kejatuhan lakban lagi.”
“hehe. Iya mbak.”
Aku berlalu, dan tanpa aku tau, orang itu menatapku sampai aku hilang di balik tangga.
“Hamdan! Ngelamun aja kamu! Ini selesein masang spanduknya!” teriak orang berambut kribo itu kesal.
“eh iya iya!”
“tugas dari Bu Adib udah selese Bunga?”
“udah Fit, tinggal ngasih kesimpulan aja. Kamu ya yang nyelesein kesimpulannya?”
“yaudah, ini masukin flashdisk ku aja, ntar aku selesein di rumah.”
“eh iya fit, ngomong-ngomong arum kemana, kok dari tadi aku belum ketemu dia?”
“dia gak masuk hari ini, tadi sms suruh ijinin. Diare katanya..”
“haha. Selalu saja begitu, dibilangin gak usah kebanyakan makan sambal gak pernah didengerin sih.”
Yaa, aku, fitri, dan arum. Kami akrab sejak masuk di kampus ini. Bisa dibilang kami sahabatan ber empat. Kemana-mana selalu bersama. Eh iya, masih ada satu, namanya aam. Tapi hari ini lagi gak sekelas, jadi nya sampe lupa belum disebutin. Hehe
“emm, bunga..”
“yaa,”
“aku lagi naksir seseorang nih.”
“hah!” sontak aku kaget. Fitri, sahabatku. Yang bisa dibilang dia pemalu bisa naksir seseorang? Seperti apa orang yang ia taksir? Oh no.
“kok nanggepinnya gitu.” Katanya langsung menunduk.
“eh, eh, bukan gitu fit. Cuma tadi kaget aja, ternyata orang pendiam tu juga bisa jatuh cinta. Hehe. Maaf ya,”
“hmm, aku kan juga manusia, punya rasa punya hati.”
“malah nyanyi.”
“hehe. Emm, tapi aku belum tau sih ini emang aku suka, atau sebatas kagum aja.”
“maksud kamu?”
“yaa, aku kan sering ketemu ma dia kalau lagi nyari tugas di perpus, dia kelihatan rajin banget. Suatu ketika, aku lagi sendirian bingung nyari buku di rak, eh dia deketin aku terus bantuin nyari. Terus, waktu di rental aku ketemu dia lagi dan aku lagi bingung ngedit makalah, eh dia bantuin lagi ampe selese. Terus,”
“udah, udah. Terus, terus mulu kapan selese nya? Sekarang yang penting siapa nama dia?”
“nah, itu bunga yang aku gak tau.”
Gubrak!
“eh si mbak lagi. Mau kemana mbak?”
Secara gak sengaja aku ketemu lagi ma seseorang yang udah jatuhin lakban tempo hari.
“mau ke kantin, mau ikut?” tawarku basa-basi
“iya mbak kalo boleh. Monggo… “ perlahan ia ikuti jalanku dibelakang. Sampai di kantin aku ambil tempat yang enak buat ngobrol. Sengaja aku pilih tempat di pojokan biar salah satu dari genk konyolku itu tau dan bikin gosip yang enggak-enggak.
“emm, kamu asli jogja ya?”
“injih mbak, kok tau?”
“nada bicara kamu itu…” kataku sambil ngakak, dia hanya tersenyum malu. Gak terasa obrolan kami serasa makin akrab. Ternyata dia asik juga. Dan ternyata pula, kehidupannya lebih dari menggenaskan. Ibunya sedang perawatan intensif di rumah sakit. Tiap paginya sebelum kuliah dia harus loper koran, belum lagi kalo weekend dia gunakan buat bantu-bantu tambal ban sebelah rumahnya. Dan spesialnya, nanti malam dia mengajakku buat ketemu ibunya. Catet ya, ibunya lagi sakit, bukan berarti ada tiiiiiittttt (sensor).
“fitri!” teriakku dari kejauhan yang secara gak sengaja ngeliat fitri yang tiba-tiba pergi gitu aja melihatku.
“aneh” batinku.
Sampai rumah, ternyata fitri sms.
Kamu tega bunga, aku gak nyangka kalo kamu ternyata penghianat.
Hah? Apa-apaan fitri sms kayak gini? Tanpa ba-bi-bu aku langsung menelepon dia.
“halo, fit, maksud nya apa ini?”
“kamu inget gak cowok yang aku ceritain ke kamu tempo hari? Dan kamu berhasil merebutnya dariku! Selamat!”
“aku sama sekali tidak paham maksud kamu fit”
“oke, ntar malem kamu ada janjian kan sama dia”
“tapi itu kan janjian kalo….”
“aku ga mau denger alasan kamu. Kalo kamu emang masih nganggep aku sahabat kamu, tolong hargai perasaanku dan jangan temui dia lagi. Tut tut tut…”
Seketika aku terduduk lemas. Ternyata cowok yang fitri maksud itu… “astaga”
“bunda nanti pasti seneng” hibur hamdan kepada ibunya.
“memangnya ada apa hamdan?”
“hamdan mau ngenalin seseorang sama bunda. Mirip banget ma bunda waktu muda. Cantik. Lembut, ramah. Semuanya.”
“siapa namanya hamdan?”
“namanya bunga”
Obrolan berlanjut antara hamdan dan ibunya. Namun jam telah menunjukkan jam 10 malam. Dan kemungkinan besar bunga tidak jadi datang kalo sampai selarut ini.
“hamdan…” suara ibunda hamdan makin parau.
“iya bun… ada apa bunda?” hamdan panik
“ibu sudah tidak kuat lagi… rasanya jantung ini sudah tidak kuat lagi. Maafkan bunda, salam buat bunga.”
“bunda… bunda!!!” hamdan tak kuasa meneteskan air matanya. Ibunya ia peluk erat, “innalillahi wa inna ilaihi ra’jiun”
“hamdan, maafkan aku” kata seorang gadis sembari ia taruh seikat bunga mawar cantik disamping nisan ibunda hamdan.
Hamdan diam, ia tak menanggapi sepatah katapun.
Mereka bergulat dalam pikiran masing-masing.
Hamdan hanya bergumam, “ini bunga buat bunda…”
The end.
Cerpen Karangan: Anis Nuraini Fatayati
Blog: anisfatayati.blogspot.com
aku adalah kuli pena amatir yang mencoba menghasilkan karya dari sebuah tangan tanpa makna


http://cerpenmu.com/cerpen-cinta/bunga-buat-bunda.html#comment-240