Sayup-sayup ku dengar lantunan sholawat didendangkan
salah satu santri Abah (sebutan untuk bapak di keluarga kyai). Begitu merdu
terdengar di telingaku. Ya,,, aku ….Lailatun Ni`mah Azzahra. Anak ketiga dari
tiga bersaudara. Aku mempunyai seorang
kakak laki-laki, Muhammad Zairul Haq, dan seorang kakak perempuan, Naila
Anisah. Kakak laki-lakiku sekarang kuliah di salah satu universitas terkenal di
Jogja, sekaligus nyantri di Pondok Pesantren Nurul Huda. Dan kakak perempuanku
yang baru saja lulus MA, kini turut serta melanjutkan mas Irul di universitas
dan pondok yang sama. Sedangkan aku, baru saja naik kelas 2 MA di Jogja,
sekaligus mengenyam pendidikan di pesantren, namun berbeda tempat dengan
kakak-kakakku, karena aku tidak mau disamakan dengan mereka. Aku nyantri di
As-Syifa. Orangtuaku, Ahmad Musthofa dan Husna Farida, kini mengasuh PonPes
peninggalan kakek buyutku di daerah Sragen, Jawa Tengah.
“ Ning Laila??” sapa sang pelantun sholawat
tadi padaku, saat aku sengaja menunjukkan diriku di hadapannya, ketika ia lewat
depan rumah. Aku hanya tersenyum menjawab sapaan itu. Dalam hati rasanya
deg-degan tidak menentu. Ialah Gus Zaki, Ahmed Alif El Muzaki tepatnya. Asal Kudus, dan sekarang
nyantri di tempat Abah sembari kuliah
juga di sini. Tak ku pungkiri, sebagai cewek aku pasti merasakan hal yang tak
tentu ketika dekat dengan orang yang nyaris begitu sempurna. Ia cakep, tak
hanya pandai tapi cerdas, anak kuliahan, punya suara yang begitu mempesona,
karena dia temasuk vokalis utama di pesantren Abah ku ini. Dan juga, ia
memiliki nasab tinggi! Subhanallah!! Sesaat kuberanikan diri menatapnya lagi.
“ Gus, kok temen jenengan itu sekarang tidak pernah
kesini lagi??”
“ Oh,….Kang Ircham??”
Aku mengangguk. Sekilas tatapannya meredup.
“ Kang Ircham….dia malu kalau kesini,”
“ kenapa malu??”tanyaku
“ saya kurang tahu “ jawabnya
Aku hanya ber-oh saja. Lalu pamit kepada Gus Zaki untuk masuk ke dalam.
Beberapa hari kemudian………..
Ya waridal unsi wal afrokhi………
Ringtone hp ku berbunyi. Ada sms masuk.
Kulihat di layar hpku.ternyata dari Kang Ircham.
“Assalamu`alaikum….ning gimana kabarnya???lama tak jumpa..kangen
nich,he…he…..”
“Kabarku baik-baik saja gus, jenengan sendiri
gimana?????kangennya sama aku apa mbak naila?he..he”
“Wah tau aja kalo kangen sama mbak naila, hehe..kabar ku juga baik ning, pangestune kemawon”.
“Alhamdulillah …kapan maen kerumah kang?”
Selang beberapa waktu kemudian………
“Laila,”teriak umi memanggilku.
“Dalem mi?”jawabku singkat.
“Dicari abah di ruang tamu,”
Segera aku langsung temui beliau, setibanya disana, tidak
bisa kusembunyikan rasa penasaranku.
“Ada apa bah?”
“kamu mau ikut nggak?”
“kemana bah?”.
“jenguk mbak Naila sama mas Irul”.
“Ikut lah bah, kan laila sudah lama nggak ketemu sama mereka".jawabku sambil kegirangan.
“Ikut lah bah, kan laila sudah lama nggak ketemu sama mereka".jawabku sambil kegirangan.
“Ya sudah sekarang kamu siap-siap, nanti kita berangkat “.jawab abah.
“Sendiko dawuh bah.”jawabku.
Aku langsung bersiap-siap..
“Bah,mi laila sudah siap”.seruku.
“Ya” jawab abah,
“ya udah mi ayo kita berangkat sekarang,Laila dah nggak
sabar mau ketemu kakak-kakaknya,”seru
abah.
Tiba-tiba hpku berbunyi,kulihat layar hpku,ternyata sms
dari Gus Zaki.”Assalamu’alaikum,Ning dapat salam dari Gus Salwa”.
“Wa’alaikum salam,yah salam kembali aja”. meski dalam hati heran, tapi, entahlah.
.
Lalu abah keluar dari mobil menuju ndalem dan kami mengikutinya, sampai di depan
masjid PP. Nurul Huda, kami disambut oleh seorang santri putra yang wajahnya lumayan cakep, yang tak lain adalah Kang
Hilmi, salah satu santri senior di Nurul Huda. Kamipun dipersilahkan masuk kerumah Pak Kyai, yang ada di selatan masjid.
***bersambung***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan tinggalkan komentar sobat, komentar kalian sangat berpengaruh dalam kemajuan blog ini, trims ;)